Wednesday, May 23, 2012

Thinking Process 3 Dimensi



Sahabatku semua, bila saya kemarin memposting mengenai 'Personal Excellence' sekarang watunya kita membicarakan apa yang berpengaruh pada penciptaan pribadi-pribadi yang unggul dari sisi Thinking Process. Bila kita bicara mengenai Thinking Process atau proses berfikir kebanyakan kita melakukan proses berfikir satu arah saja. padahal dalam suatu Thinking Process ada sebuat teori yang tidak boleh ditinggalkan yaitu proses berfikir secara 3 dimensi. mungkin ada sobat ada yang sudah tahu cara berfikir 3 dimensi atau juga sama sekali belum tahu apa itu Thinking Process 3 dimensi.
Dalam Thinking Process 3 dimensi yang pertama kita harus berfikir secara Vertikal. apa yang dimaksud berfikir secara vertikal ?.  yaitu apabila kita menjadikan diri kita berada pada posisi tertentu. sekarang kita bisa membayangkan apabila kita sudah berada pada puncak gedung yang paling tinggi, dan anda melihat kebawah, segalanya akan terlihat kecil bukan ?. ada kesan psikologis disini bahwa apabila anda sedang ada di puncak posisi teratas maka segala persoalan seakan mudah untuk kita hadapi, maka kita akan mempunyai rasa 'confidence' atau kepercayaan diri untuk menyelesaikan segala problem sebesar apapun yang sebelumnya kita hadapi di bawah, sebelum kita berada di puncak tadi.
Kemudian yang kedua,Thinking Process secara Longitudinal. bila di pesawat terbang ada bagian yang Longitudinal yang disebut longitudinal axis ( sumbu longitudinal ). yaitu sumbu dari hidung pesawaat ke ekor pesawat. pada contoh pesawat tersebut bisa kita konotasikan maknanya Sebagai Thinking Process secara Historis, yang maksudnya bahwa jangan lupa bahwa kita berada pada waktu saat ini atau waktu Now, Present. tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kita hidup dalam 3 waktu yaitu future, past dan yang terakhir Present. kita sekarang berada pada present time, yang dahulu adalah Past Time dan yang akan datang adalah Future Time.
Ketika kita berada pada Present time maka kita harus melihat ke belakang. bila di dalam ajaran islam ada kalimat ' Hasibu an Tuhasabu' hisablah dirimu sebelum dihisab Allah di hari kiamat. dalam posisi present time kita harus menengok ke belakang, mengevaluasi diri dan introspeksi diri. melihat pengalaman yang telah lalu ( past mistake ) untuk tidak disesali tapi untuk dijadikan suatu pelajaran berharga. kemudian melihat kedepan ( future ), dan saat kita telah dapat melihat kedepan maka kita sudah melakukan apa yang disebut dengan perencanaan. jadi inti dari Thinking Process secara longitudinal dalah kita mampu membuat suatu perencanaan kedepan dengan dua arah yaitu rencana sukses duniawi dan sukses surgawi. jadi tidak sekedar manage dunia tapi akhirat juga dibutuhkan perencanaan matang.
Kemudian cara berfikir yang ketiga adalah Berfikir secara Lateral, yaitu ke samping. bila diumpamakan pesawat terbang juga, maka kita bisa lihat ada sayap kanan dan sayap kiri. kita berfikir secara sosial, yang artinya janganlah kita merasa bisa hidup sendiri dalam kehidupan ini. bila kita berhasil secara personal atau individual maka harus kita kembangkan menuju keberhasilan secara kolektif atau keberhasilan bersama. kita tidak akan bisa menyandang kemenangan secara publik ( public victory ) sebelum kita bisa memenangkan diri sendiri ( personal victory ). tidak terbayangkan apabila kita makan makanan yang enak sedangkan kanan kiri kita tidak ikut menikmatinya bukan ?, ketika kita memperoleh jabatan dan menjadi seorang pemimpin maka pada saat memimpin mari kita tengok ke kiri dan kanan apa yang ada dalam naungan kepemimpinan kita, sudahkah mendapat perlindungan dan keadilan dari kita ?, ketika menjadi direktur marilah kita melihat ke kanan dan ke kiri apakah pegawai  kita sudah terpenuhi hak-hak dan kesejahteraan mereka ?. 
Dari Ketiga Thinking Process diatas yaitu Vertikal, Longitudinal dan Lateral secara Spiritual, historis dan sosial maka kita akan dihantarkan pada suatu proses yang disebut Mind Management yaitu Proses berfikir yang baik. Mungkin Postingan saya mengenai spirit motivasi 'Berfikir secara 3 dimensi' saya cukupkan sampai disini. semoga kita selalu diberi Hidayah oleh Allah untuk selalu berfikir secara 3D...aamiin.
Sumber :  http://www.ruangsharing.com

Friday, May 18, 2012

Belajar Bersyukur

***
"Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 
(QS. An-Nahl:18).

Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat penghidupan (harta, ilmu, anak, waktu luang, ketentraman, dan lain-lain) serta nikmat-nikmat lain yang tak terkira. Namun dengan sekian banyak nikmat yang Allah berikan seringkali kita lupa dan menjadikan kita makhluk yang sedikit sekali bersyukur, bahkan tidak bersyukur, Na'udzubillahi min dzalik...

Seringkali kita baru menyadari suatu nikmat bila nikmat itu di ambil atau hilang dari siklus hidup kita. Ketika sakit, baru kita ingat semasa sehat, bila kita kekurangan baru kita ingat masa-masa hidup cukup.

Syukur diartikan dengan memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah diberikan kepada kita, berupa perbuatan ma'ruf dalam pengertian tunduk dan berserah diri pada-Nya. Cobalah kita memikirkan setiap langkah yang kita lakukan. Bila makan berlebihan dan bersisa.
Bayangkan, di tempat lain begitu banyak orang yang kesulitan dan bekerja keras demi untuk mencari sesuap nasi. Bahkan banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung, mencari makan dari tong-tong sampah. Lantas sedemikian teganyakah kita menyia-nyiakan rezeki makanan yang didapat dengan
berbuat mubazir. Ketika punya waktu luang malah dipergunakan untuk beraktivitas yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Kala tubuh sehat, malah lebih banyak dipakai dengan melangkahkan kaki ketempat tak berguna. Tidak terbayangkah bila nikmat itu hilang dengan
datangnya penyakit atau musibah lainnya. Ah... alangkah ruginya... karena semuanya menjadi percuma disebabkan tidak bersyukurnya kita atas nikmat. Bahkan karena sikap-sikap tadi yang didapat hanyalah dosa dan murka-Nya. Na'udzubillah....

Kita harus berusaha mengaktualisasikan rasa syukur kita dari hal-hal yang sederhana. Setiap aktifitas sekecil apapun usahakan untuk selalu sesuai aturan-Nya, selaku pencipta kita. Kerusakan yang sekarang timbul di sekeliling kita tidak lain karena sikap kufur nikmat sebagian dari kita. Bayangkan, negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi sebagian besar rakyatnya miskin.  Untuk itu, tidak ada salahya bila kita mulai dari diri dan keluarga, belajar bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Agar nikmat itu jangan sampai menjadi naqmah (balasan siksa), karena kufur akan nikmat-Nya. Mulailah untuk sering melihat kondisi orang-orang yang berada di bawah kita. Jika sudah, tentulah kita akan lebih banyak mengatakan "Alhamdulillah". 

Seperti dalam hadits Rasulullah Saw, "Perhatikanlah orang yang berada di bawah tingkatanmu (dalam urusan duniawi), dan jangalah kamu memandang kepada orang yang berada di atasmu. Itu lebih layak bagimu supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu." (HR.Muslim).

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kehilangan nikmat (yang telah Engkau berikan), dari siksa-Mu yang mendadak, dari menurunkannya kesehatan (yang engkau anugrahkan) dan dari setiap kemurkaan-Mu." (HR. Muslim dari Ibnu Umar).