***
"Jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. An-Nahl:18).
Begitu banyak nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada kita. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat penghidupan
(harta, ilmu, anak, waktu luang, ketentraman, dan lain-lain) serta
nikmat-nikmat lain yang tak terkira. Namun dengan sekian banyak nikmat yang
Allah berikan seringkali kita lupa dan menjadikan kita makhluk yang sedikit sekali
bersyukur, bahkan tidak bersyukur, Na'udzubillahi min dzalik...
Seringkali kita baru menyadari
suatu nikmat bila nikmat itu di ambil atau hilang dari siklus hidup kita.
Ketika sakit, baru kita ingat semasa sehat, bila kita kekurangan baru kita
ingat masa-masa hidup cukup.
Syukur diartikan dengan
memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah
diberikan kepada kita, berupa perbuatan ma'ruf dalam pengertian tunduk dan
berserah diri pada-Nya. Cobalah kita memikirkan setiap langkah yang kita
lakukan. Bila makan berlebihan dan bersisa.
Bayangkan, di tempat lain begitu
banyak orang yang kesulitan dan bekerja keras demi untuk mencari sesuap nasi.
Bahkan banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung, mencari makan dari
tong-tong sampah. Lantas sedemikian teganyakah kita menyia-nyiakan rezeki
makanan yang didapat dengan
berbuat mubazir. Ketika punya
waktu luang malah dipergunakan untuk beraktivitas yang tidak bermanfaat bahkan
cenderung merugikan orang lain. Kala tubuh sehat, malah lebih banyak dipakai
dengan melangkahkan kaki ketempat tak berguna. Tidak terbayangkah bila nikmat
itu hilang dengan
datangnya penyakit atau musibah
lainnya. Ah... alangkah ruginya... karena semuanya menjadi percuma disebabkan
tidak bersyukurnya kita atas nikmat. Bahkan karena sikap-sikap tadi yang
didapat hanyalah dosa dan murka-Nya. Na'udzubillah....
Kita harus berusaha
mengaktualisasikan rasa syukur kita dari hal-hal yang sederhana. Setiap
aktifitas sekecil apapun usahakan untuk selalu sesuai aturan-Nya, selaku
pencipta kita. Kerusakan yang sekarang timbul di sekeliling kita tidak lain
karena sikap kufur nikmat sebagian dari kita. Bayangkan, negara yang kaya akan
sumber daya alam, tetapi sebagian besar rakyatnya miskin. Untuk itu, tidak ada salahya bila kita mulai
dari diri dan keluarga, belajar bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Agar
nikmat itu jangan sampai menjadi naqmah (balasan siksa), karena kufur akan
nikmat-Nya. Mulailah untuk sering melihat kondisi orang-orang yang berada di
bawah kita. Jika sudah, tentulah kita akan lebih banyak mengatakan
"Alhamdulillah".
Seperti dalam hadits Rasulullah Saw,
"Perhatikanlah orang yang berada di bawah tingkatanmu (dalam urusan
duniawi), dan jangalah kamu memandang kepada orang yang berada di atasmu. Itu lebih layak bagimu
supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu." (HR.Muslim).
"Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari kehilangan nikmat (yang telah Engkau berikan), dari siksa-Mu
yang mendadak, dari menurunkannya kesehatan (yang engkau anugrahkan) dan dari
setiap kemurkaan-Mu." (HR. Muslim dari Ibnu Umar).